Malaikat Harut dan Marut - Kisah Yang Sebenarnya

Malaikat Harut dan Marut

Malaikat Harut dan Marut - Kisah Yang Sebenarnya

Apakah kalian tahu Malaikat Harut dan Marut? Di artikel kali ini adalah kisah yang shahih, yang akan menjelaskan secara detail tentang Malaikat Harut dan Marut yang diberi tugas khusus oleh Allah ke dunia. Berikut penjelasannya kisah tentang Harut dan Marut.

Siapakah Harut dan Marut Sebenanya

Malaikat Harut dan Marut - Kisah Yang Sebenarnya

Harut dan Marut adalah dua nama Malaikat yang di utus ke bumi untuk memberantas kemaksiatan. Nama Harut dan Marut juga disebutkan dalam Al-Qur’an. Kedua Malaikat ini di tugaskan oleh Allah ke negeri Babylon atau Babil atau Babilonia, yaitu sebuah kota di Irak. Babilonia terkenal dengan kisah raja-raja-nya. Dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 102 :

”Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengerjakan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan : ‘Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir’. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antar (suami) dengan istrinya.” (QS. Al-Baqarah ayat 102)

Berbagai pandangan tentang Harut dan Marut, ada yang berpendapat mereka adalah benar-benar malaikat yang diutus Allah, ada juga yang berpendapat mereka adalah orang yag dipandang Saleh seperti malaikat, dan kaum Yahudi berpendapat, dua malaikat ini adalah istilah dari Jibril dan Mikail. Dalam pandangan mereka, Harut dan Marut lah yang mengajarkan sihir kepada Sulaiman. Namun, Allah mendustakan tuduhan Yahudi tersebut dan memberitahu tahu Nabi Muhammada SAW, bahwa Jibril dan Mikail tidaklah menurunkan sihir dan Allah juga menyucikan Nabi Sulaiman AS dari tuduhan palsu menyebarkan sihir kepada manusia. Allah memberi tahu Bani Israil bahwa sihir merupakan perbuatan setan yang diajarkan kepada manusia di Babil dan yang mengajarkannya adalah dua laki-laki yang bernama Harut dan Marut.

Malaikat Harut dan Marut - Kisah Yang Sebenarnya  Malaikat Harut dan Marut - Kisah Yang Sebenarnya  

Pada waktu di Babilonia ilmu sihir merajalela dan kesyirikan dimana-mana. Negeri Babilonia pada saat itu dipimpin oleh Raja Nebukadnezar yang akhirnya kacau balau akibat tersebarnya sihir sehingga dapat menyebabkan penyakit dan membuat suami istri tercerai berai. Di kala itu beberapa malaikat membicarakan mengenai kejahatan dan kerusakan manusia. Sihir yang tersebar tersebut bermula ketika Raja Nebukadnezar menahan orang-orang Yahudi setelah menyerang Palestina. 

Para malaikat berkata : “Anak-anak Adam itu,Engkau jadikan mereka makhluk pilihanMu di bumi tetapi mereka mendurhakaiMu”. 

Allah berfirman : “Sungguh jika Aku turunkan kamu ke sana dan Aku bentuk kamu seperti pembentukan mereka, niscahya kamu akan melakukan sebagaimana yang mereka lakukan juga”.

Para Malaikat menjawab : “Maha suci Engkau wahai Tuhan, takkan mungkin kami mendurhakakanMu!”.

Allah berfirman : “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak engkau ketahui”

Para Malaikat menjawab : “Kami lebih patuh kepada Engkau dibanding anak keturunan Adam”

Allah berfirman : “Panggilah kemari dua malaikat,. Aku akan turunkan mereka ke bumi hingga kamu dapat melihat apa yang dilakukan kedua malaikat itu! Pilihlah dua yang termulia antara kamu!”

Para Malaikat menjawab : “Tuhanku, biarlah Harut dan Marut yang melakukannya”

Malaikat Harut dan Marut - Kisah Yang Sebenarnya

Demi melenyapkan ketakutan warga akibat sihir tersebut maka diutuslah dua malaikat Harut dan Marut. Mereka diutus utnuk mengajarkan sihir kepada warga Babil, mereka mengajarkan sihir bukanlah untuk berbuat kejahatan, sihir yang diajarkan mereka hanyalah untuk menjelaskan hakikat sihir. Maka dimulailah tugas mereka untuk mengajarkan sihir dan melawan sihir syaitan. Ketika warga mendatangi mereka untuk mempelajari sihir, keduanya memperingatkan agar tak menyalahgunakan untuk berbuat syirik. “Sesungguhnya kami hanya cobaan bagimu, maka sebab itu janganlah kamu kafir,” ujar mereka Harut dan Marut. Setelah kedatangan Harut dan Marut maka terjadilah perlawanan rakyat terhadap para ahli sihir syaitan.dan akhirnya para ahli sihir syaitan pun berhasil dikalahkan dan tersingkir dari Babilonia. Penguasa kerajaan Babilonia kemudian mengumumkan larangan keras bagi warganya untuk mempelajari ilmu sihir syaitan lagi. Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib R.A: “Kedua malaikat itu mengajarkan kepada manusia tentang peringatan terhadap sihir bukan mengajarkan untuk mengajak mereka melakukan sihir”.

Harut dan Marut pun kemudian menyampaikan ilmu dasar sihir dan cara melenyapkan lingkaran besar sihir yang dibuat Yahudi. Keduanya pun memperingatkan bahwa sihir merupakan hal yang dipelajari, karena dipelajari, sihir tidaklah dapat memberikan manfaat bagi manusia kecuali kehendak Allah. Setelah tugas Harut dan Marut, keduanya pun kembali ke langit, akan tetapi orang-orang Babilonia justru tidak mengikuti peringatan Harut dan Marut. Mereka malah berbuat kerusakan dengan ilmu sihir yang diajarkan keduanya, maka semakin rusaklah negeri tersebut.

Jadi tidak dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadits serta riwayat para sahabat Nabi, tentang sifat-sifat malaikat dan juga tentang Malaikat Harut dan Marut melakukan maksiat di bumi, sebagaimana yang diceritakan di kisah Israiliyat, tentang keduanya berbuat maksiat dan di hukum di dunia.

Menurut kisah Israiliyat

Ini adalah versi lain kisah Harut dan Marut dalam versi Israiliyat dan kisah warisan masyarakat Babilonia. Di versi ini menurut Yahudi, dikisahkan Harut dan Marut adalah malaikat yang diuji oleh Allah. Saat itu malaikat tidak setuju dengan penugasan orang saleh sebagai khalifah di muka bumi. Akan tetapi, orang saleh berbeda dari manusi kebanyakan, mereka dapat menahan nafsu sehingga dapat dipercaya sebagai khalifah di bumi. Namun, malaikat berpendapat jika mereka diberikan nafsu, mereka akan dapat menahannya lebih baik dari manusia saleh. Maka dari itu Allah memilih dua malaikat, yaitu Harut dan Marut untuk menguji apa yang dikatakan malaikat. Harut dan Marut layaknya manusia, mereka diberi sifat melekat pada manusia yaitu, hawa nafsu, akal dan lain-lain, lalu diturunkan ke bumi. Setelah diberi tugas (menumpas perkara sihir dan memberi keadilan) dan menyelesaikannya kedua malaikat ini diberilah penghargaan oleh kerajaan Babilonia yaitu kedudukan yang tinggi di kerajaan dan harta melimpah. Namun ternyata semua itu membuat keduanya perlahan mulai hawa nafsu dan terbawa akan kenikmatan dunia.

Lalu cobaan mulai datang kepada keduanya. Datanglah wanita cantik bernama Zahrah, dan mereka takjub akan kecantikan Zahrah. Kemudian Zahrah berkata, “Maukah kamu mengucapkan kalimat mantera musyrik?”, kedua malaikat itu menjawab, “Tidak, demi Allah, sedikit pun kami tidak mau mempersekutukan untuk selama-lamanya”. Setelah sering di datangi oleh Zahrah, munculah hawa nafsu dari keduanya, hingga terpesona. Wanita ini menolak ajakan berbuat maksiat. Kemudian wanita itu menawarkan tiga hal (menyembah berhala, membunuh bayi atau meminum khamr/minuman keras) Lalu Zahrah meninggalkan mereka berdua.

Harut dan Marut berpikir, “menyembah berhala adalah perbuatan kufur, membunuh bayi dosa besar, sedangkan meminum khamr hanyalah dosa kecil”. Mereka pun memilih untuk meminum khamr. Mereka namun meminumnya hingga mabuk, menyembah berhala dan membunuh bayi. Setelah melakukan ketiga dosa tersebut akhirnya mereka berbuat maksiat degan wanita itu. Kemudian kembalilah ke langit Harut dan Marut untuk melaporkan tugas selama di dunia. Allah pun marah setelah mengetahui keburukan yang dilakukan keduanya dan memberikan pilihan antara azab dunia atau azab akhirat. Mereka memilih azab dunia, karena azab dunia bersifat sementara. Kemudian mereka digantung di langit kota Babilonia hingga kiamat.

Dari cerita diatas kita bisa mengambil sisi positifnya. Wallahu a’lam bishawab.